Kenangan Lama, Surat, Wesel Pos dan Wartel
Assalamualaikum guys...
Apa yang terlintas di dalam benak kalian, saat melihat gambar di atas? Sedih, seolah ingat kembali ke waktu itu? Tentunya lah ya kan..!.. terutama bagi para pembaca website kami yang kelahiran antara tahun 70, 80, hingga 90 an.
Sebuah kotak persegi, dengan telepon dan terkadang didapatkan juga sebuah kipas angin sebagai pendingin ruangan saat melakukan kegiatan nelpon. Ya itu adalah warung telepon atau yang disingkat dengan Wartel (bukan nama sayuran ya...itu mah wortel ya). Tak hanya wartel, masih ada lagi kenangan lain yaitu surat, dan wesel pos.
Bagi generasi yang telah merasakan masa kejayaan tahun 70, 80, dan 90-an, ada banyak aspek hidup yang mungkin sepenuhnya berbeda dari pengalaman generasi milenial atau yang lebih kekinian.
Ini adalah masa di mana era digital belum lahir, Internet dan smartphone belum ada dalam keseharian kita. Maka, jika dibanding dengan saat ini,saat itu segalanya terasa berjalan lebih lambat namun lebih menyentuh hati.
Mari kita menoleh ke belakang untuk sejenak mengenang beberapa momen berharga dari masa itu, dimana Wesel Pos, Kartu Telegram, dan Wartel memiliki peran sentral dalam komunikasi kala itu.
Surat-Surat Cinta dan Kartu Pos
Pada masa lalu, berkomunikasi dengan orang yang kita cintai melalui surat atau kartu pos adalah hal yang umum dilakukan.
Mungkin sebagian dari Anda pernah merasakan getaran hati ketika menerima surat atau kartu ucapan selamat dari seseorang yang istimewa. Terlebih ketika kita menantikan surat yang datang dari si dia, kedatangan Pak Pos pengantar surat sangatlah dinantikan.
Tidak hanya itu, mengirim surat kepada teman-teman dekat, keluarga dan kerabat adalah cara untuk menjaga hubungan tetap erat. Tak heran jika muncul istilah ‘sahabat pena’ karena kita bisa bersahabat dengan orang lain yang jaraknya berjauhan hanya dengan saling berkirim surat.
Wesel Pos Dulu |
Lebih dari itu, keberadaan surat menjadi sangat berarti dan lebih personal lantaran orang-orang saling bertukar cerita dan pengalaman hidupnya langsung melalui tulisan tangan mereka.
Aktifitas berkirim surat juga telah melahirkan kegiatan atau hobby lain yakni mengumpulkan prangko yang datang bersama surat-surat tersebut. Mereka biasanya akan mengumpulkan prangko yang kemudian dikumpulkan dalam buku atau tempat khusus, karena seringkali prangko-prangko itu memiliki gambar dengan desain yang menarik.
Telegram, Pesan singkat yang dicetak
Sebelum membahas bagian ini, perlu kita pahami bersama bahwa Telegram disini bukanlah aplikasi telegram yang di Install di ponsel kita, namun telegram di sini adalah salah satu bentuk layanan komunikasi jarak jauh melalui secarik kertas dimana isinya adalah sebuah pesan yang dicetak.
Ibarat sebuah SMS, Telegram adalah bentuk pesan singkat yang dicetak oleh operator telekomunikasi yang kemudian dikirimkan ke penerimanya.
Telegram telah menjadi sarana efisien untuk mengirim berita dengan sifatnya lebih mendesak karena memiliki kecepatan yang lebih baik dibandingkan dengan surat kala itu, jika surat membutuhkan waktu berhari-hari untuk sampai ke tujuan, namun Telegram bisa sampai di hari yang sama.
Menanti datangnya telegram dari sang kekasih merupakan hal yang sangat dinantikan untuk membunuh rindu, namun tak jarang bahwa telegram juga sering menjadi media untuk mengabarkan berita duka.
Wartel, Warung Telekomunikasi Yang Kini Tinggal Cerita
Wartel atau Warung Telekomunikasi adalah tempat yang sangat berarti bagi banyak orang pada masa lalu.
Generasi yang hidup pada masa itu akan selalu mengingatnya sebagai masa di mana Warung Telekomunikasi atau yang lebih dikenal dengan sebutan “Wartel,” memegang peranan penting dalam komunikasi jarak jauh.
Era ini terutama didahului oleh kurangnya akses individu terhadap telepon pribadi. Di tahun 90-an, ponsel atau telepon seluler masih sangat mahal dan belum tersebar luas.
Pergi ke Wartel adalah pengalaman yang tak terlupakan bagi banyak orang di era 90-an. Anda akan memasuki warung kecil yang biasanya dihiasi dengan berbagai poster.
Di Wartel, Anda membayar panggilan telepon Anda dengan menggunakan uang koin. Biasanya, Anda akan memberikan sejumlah uang kepada pemilik wartel, yang kemudian akan memberikan Anda koin-koin kecil yang akan dimasukkan ke dalam mesin telepon untuk membayar panggilan Anda,belakangan sejumlah wartel tidak lagi menggunakan uang koin namun penggunanya bisa membayar dengan sejumlah uang sesuai tagihan yang muncul setelah pembicaraan telepon ditutup.
Menunggu giliran di antrian wartel untuk menelepon seseorang adalah pengalaman yang mengasyikkan, dan jika memang wartelnya penuh biasanya akan diberi nomor antrian.
Wartel adalah lifeline bagi banyak orang pada era 90-an, terutama bagi mereka yang tinggal jauh dari keluarga dan teman-teman. Ini adalah satu-satunya cara untuk berbicara dengan mereka secara langsung tanpa harus menulis surat atau mengirim telegram. Komunikasi ini adalah momen yang berharga di mana orang dapat berbagi berita, kabar baik, atau sekadar mendengarkan suara yang dicintai dari jarak jauh.
Perubahan dan Perkembangan Teknologi
Mengenang era ini mengingatkan kita pada betapa pesatnya perkembangan teknologi dan komunikasi. Wesel Pos dan telegram digantikan oleh pesan instan, email, dan media sosial. Wartel telah tergantikan oleh telepon seluler atau smartphone.
Saat ini kita telah hidup dalam dunia yang semakin terhubung secara digital, di mana semua informasi bisa diakses dalam hitungan detik dan sentuhan jari saja, menariknya perangkat itu kini sudah dimiliki dan selalu di bawa oleh hampir semua orang.
Namun terlepas dari apa yang sudah ada saat ini, kenangan indah dari masa lalu ini tetap hidup dalam ingatan generasi yang pernah mengalaminya. Mereka adalah kisah panjang yang tak akan pernah selesai untuk diceritakan, menjadi bagian penting dari sejarah komunikasi manusia.
Mengingat masa lalu ini juga memungkinkan kita untuk menghargai betapa jauhnya kita telah berkembang dalam hal komunikasi. Wesel Pos, Kartu Telegram, dan Wartel adalah tanda-tanda perjalanan panjang manusia dalam menciptakan cara-cara baru untuk berhubungan satu sama lain dalam era digital yang terus berkembang.
Tidak ada komentar